Sudah beberapa hari ini cuaca di pantai Senggigi tampak semakin cerah, tapi tidak tampak di wajah seorang gadis yang menunduk sendirian di tepi pantai….
“Eh,,,excuse me, little girl. Is there any mini market nearby?” tanya seseorang anak laki-laki blasteran yang kebetulan lewat, tapi anak itu langsung mengerenyit melihat wajah bad mood kunang.
“Oh, I’m sorry, I think you can speak English. I can’t say Indone,,,”
“Don’t TOUCH ME like this” Kunang merasa kesal rambutnya dielus elus sama bule eropa ini, tapi ketika ia bertatapan dengan mata biru anak laki-laki itu, entah mengapa amarahnya sedikit hilang. “Oh, yes, there’s one over there. Walk down this street until the end of this block and turn left. The mini market is on your right”
“Oh, thank you, but can you accompany me to this place, and we can talk each other?”
Setelah ngobrol selama perjalanan Kunang mendapati bahwa Edward ternyata baru pertama kali ke Indonesia. Ia ke Lombok untuk menemui ibu kandungnya yang kabarnya sedang sakit keras. Setelah ortunya bercerai, ayahnya yang orang Inggris yang membesarkannya.
“Kunang, thanks because you shall accompany me to this market, I think my father will pick up me about 1 hour, I have a message from his pager that he will be late” Anak laki-laki itu tersenyum, mereka telah sampai di minimarket yang ditunjukkan Kunang. Anak laki2 itu langsung menyandar ke tembok mini market sambil memeluk kotak biola yang sedari tadi dibawanya “ by the way, your English is very good, where do u studies?
“I study by self” Kunang berkata datar, tapi diam-diam Edward kagum banget sama gadis cuek ini “Edward, you’re biola player, aren’t you?”
“Yes, I am. And my father too. You know that you will be very happy if doing your favorite activities with your favorite person. I and my father always plays biola twice a week!”
Seketika Kunang teringat burung birunya “aku juga ingin membangun istana pasir dengannya…eh,, itu kan ibunya Firaz?” gumam Kunang saat melihat seorang ibu muda turun dari mobil sedannya dan bergegas ke apotik, Kunang melihat bagasi sedan itu tidak tertutup dengan rapat
“What happen?”
“I’m sorry, I must leave you” Kunang bergegas ke arah sedan tadi dan mengendap masuk ke dalam bagasinya yang ternyata cukup luas, tapi tak disangka si boy bule eropa itu mengikutinya masuk ke dalam bagasi”
“Kunang, I want participate with your adventure,oke! Be calm, we will survive together, I definite save you!” Boy itu berkata sambil nyengir bak pahlawan di siang bolong
“Siapa yang suruh kamu ikut?” Kunang berkata kesal, dia tidak ingat untuk berbahasa Inggris lagi, habisnya Boy menyebalkan itu sudah menutup pintu agasinya ”Turun….turun…turuuuuuuuun!” tapi ternyata terlambat, mobil sudah menyala kembali dan mereka pergi bersama- sama.
“Untung aja bagasinya bisa terbuka, tapi si Edward kliatan masi kepanasan! Ah biarin aja, salah sendiri mau ikut!” gumam kunang sambil menatap muka anak laki-laki disampingnya, sedikit cahaya yang berasal dari bagasi yang dibukakan menerpa Edward yang terlihat kepanasan.
“Kunang, I’m sorry… please don’t angry with me..I just very happy because I meet you, and I want around with you for much time ” Edward kliatan merasa bersalah, ia memeluk kotak biolanya lebih erat.
Kayaknya dia emang bener2 orang asing, masa ngomongnya terus terang gitu? Pikir Kunang sambil mengintip ke luar, kali ini ia baru melewati pasar Jatiranga tempat biasa ibunya belanja. “Ok, I forgive you, but for know you don’t disturb me, and when this car stopped you must going with taxi, you have money, haven’t you?”
“I have money but…please I want help you”
“Emang dia bisa ngebantu apa?” gumam Kunang, Edward yang tidak mengerti bahasa Indonesia hanya menaikkan alisnya
“Hey! Look! There is a hospital right?”
Kunang kembali melihat keluar dan benar ternyata mobil yang mereka tumpangi memasuki pelataran parkir rumah sakit Medistra dan sesaat kemudian mobil berhenti, dengan segera Kunang menutup kembali bagasinya sebab dia mendengar suara seseorang mendekati bagasi, Kunang dan Edward bisa merasakan ada tangan-tangan yang perlahan bersiap membuka garasinya, membuat jantung kedua anak itu berdebar lebih cepat.
“Eh, honey” terdengar suara ibunya Firaz “baju-bajunya Firaz ditaruh di dalam kok, biar gampang masukinnya.
“Oh…” jawab seorang pria bersuara serak, Kunang merasa jari-jari yang hendak membuka bagasinya telah terangkat, membuat gadis itu lega sejenak sampai…
“Firaz… dia tadi pagi kambuh lagi…”
“Apa?! Kenapa enggak kasih tahu aku??? Pih?!” kunang dapat mendengar wanita itu mulai menangis “Gimana? Gimana? KALAU DIA PERGI TERUS AKU GAK ADA DISISINYA PIH?!!”
“Firaz yang minta Mih, dia bilang belum saatnya dia mati” jelas suaminya lembut “dia udah baik lagi kok, sudah dipindahkan ke ruang inap lagi, oh ya dia menanyakan seseorang namanya Kunang, siapa ma?”
“Kunang? Dia juga menanyakan terus padaku, Kunang itu teman sekelasnya, tapi sayang anak-anak dilarang masuk ke bangsal anak kita”
“Hahahaha…” Kunang mendengar lelaki itu mencoba tertawa “Jangan-jangan cinta pertama anak kita ya mih?”
“sruff… juga mungkin cinta terakhirnya ya pih?!” balas wanita itu getir
“Sudah,,, ayo kita ke apotik, setelah itu kita jaga Firaz, ruang inap yang ditempati sama dengan kemarin kok, ruang polkadot-polkadot itu, habis Firaz suka banget ngeliat ikan-ikan terbang terus kalau malam masa dia bilang bakal ada ikan yang bercahaya”
“Ruang polkadot, ikan terbang, ikan bercahaya?” gumam Kunang ketika ia dan Edward sudah keluar dari dalam bagasi. “Ah, aku tahu, di RS ini kan ruang perawatan anaknya dicat dengan motif polkadot, terus ikan terbang pasti maksudnya layangan ikan raksasa kan kemarin ada festifal layangan, tapi ikan bercahaya?”
“Kunang, you’re ok?”
“C’mon Ed, mission to looking for Firaz is begin!”
Kunang pun menarik tangan Edward, dan kedua anak itu masuk ke rumah sakit dengan menyelinap di kerumunan ibu-ibu untuk sampai ke lift. Sebelumnya gadis itu telah melihat denah rumah sakit dan langsung mengingatnya.
“c’mon Ed! The adventure must go on!” gadis itu agak kesal melihat kawan barunya yang malah bengong melihat Kunang keluar dari lift, tapi kemudian ia mengikuti gadis mungil itu.
“Ok! But you’re not say, where we will go?”
“ To my friend, but I don’t know where he’s room” Kunang menatap jendela yang tampaknya baru dibersihkan, sebab pemandangan di luar kelihatan begitu jelasnya
“Wow, this is a beautiful lake!” Gumam Edward
“Ada jembatan juga eh tunggu, jembatan dan bayangan jembatan itu membentuk gambar ikan! Oya, kalau malam kan jembatan itu setiap sudutnya diterangi lampu, jadi tampak seperti ikan bersinar!! Ed, I know he’s room!”
“Kunang, shtttt there are a nurses walking around here! You must blind!” Edward mendorong Kunang ke balik meja, dia sendiri tetap diam ditempatnya.
“EE eh,,, ada anak bule!” seorang suster langsung tertarik “ Kamu tersesat ya?”
“Wah cakepnya!!! Dimana orang tua mu sayang?!”
“Jangan ganggu dia” kata suster terakhir “kita harus pake bhs Inggris, Hi, who are you?”
“My name Edward I’m…”Edward terus bicara, tapi matanya memberi kode pada Kunang untuk segera pergi ”….I will wait on the lobby…..”
Kunang mengedipkan matanya, iapun menyelinap ke ruang sebelahnya yang tampak hening
“Ctrek…” dengan pelas tapi pasti Kunang masuk ke dalam kamar yang ternyata kamar VIP. Hembusan AC langsung menyapanya,
Apa aku salah kamar? Ruangan ini tampaknya hebat sekali, pikirnya ragu sebelum melihat ke arah di balik tembok dimana ranjang pasien berada. Setahu Kunang, keluarga Firaz sangat sederhana rasanya agak mustahil menyewa kamar yang sebagus dilihatnya. Tiba-tiba ia mendengar suara dari balik dinding…
“Tuhan… aku ingin banget ketemu teman ku, Kunang, Tuhan tolong kabulkan, amin!”
“FIRAZ!” segera saja Kunang menghampiri seorang anak laki-laki yang sedang terbaring lemah di ranjang pasien
“Kunang?” seorang anak lelaki yang sedang terbaring di tempat tidur menekan tombol agar sandaran tempat tidurnya agak tinggi, ia terlihat tak percaya dengan pandangannya “Ini beneran kamu?”
“Kamu sakit apa? Ibuku bilang kalo kamu kena Leukimia, apaan tuh? Emang kamu maen sama bahan2 kimia ya? Terus kok ga ada kabarnya? Teman-teman yang lain nanyain kamu terus” gadis itu memegang dahi dan leher Firaz “apa yang sakit? Agak panas ya badanmu?”
“daripada itu, gimana bisa kamu kesini? Bukannya anak kecil gak boleh masuk?”
“Firaz…”
“Oya gimana kabar temen2 lainnya?”
“Burung biru, kamu belum jawab pertanyaan aku!” Kunang memperhatikan infus di tangan kanan Firaz, selain itu tampak beberapa bekas suntikan di lengan kurus anak itu.”temen-temen yang lain baik-baik aja, tapi mereka khawatir sama kamu”
“Aku baik-baik saja, oh iya aku ingat, tolong ambilkaan tasku yang hitam, yang depannya gambar power rangers”
“Ini..”
“Harusnya ada disini” Firaz mengaduk-aduk isi tas gendongnya, akhirnya ia mendapat sesuatu yang dicarinya “Nah, sekarang kamu merem dulu ya!”
“Kamu mau ngerjain aku?”
“Mana berani ngerjain tuan putri Kunang! Sekali aja!”
Akhirnya Kunang setuju, ia memejamkan matanya, gadis itu bisa merasakan kedua tangan Firaz melingkar di lehernya, hingga
“Nah, sudah kok! Coba lihat! Bagus kan?”
“Kalung?” Kunang mengamati sebuah kalung yang telah melingkar di lehernya, liontin kalung itu berbentuk burung merpati kecil berwarna biru, mau tak mau gadis kecil itu terpesona.
“Itu didapet dari paman dari Eropa, Cuma satu di seluruh dunia, katanya liontinnya bisa menyerap ketidakbahagiaan, jadi kalo kamu lagi sedih, pegang erat aja liontin ini sambil mendekatkannya ke dada ntar perlahan, wush!!!! Ilang deh ketidakbahagiaan ntu, gimana? hebat kan kayak sihir”
“Ini sihir?..” Kunang tersenyum walau agak sangsi
“Harus percaya lo! Kalau enggak, gak bakal manjur. Oya ajaibnya kalo batu liontin ini terkena cahaya matahari warnanya bakal berubah, jadi berwarna merah, warna merah yang paling cocok dengan Kunang”
“Raz…kenapa ya aku jadi gak bisa marah! Asalnya aku mau marah habisnya kamu gak dateng kepantai, terserah deh, tapi aku janji bakal jaga kalung ini baik-baik, makanya kamu juga harus cepet sembuh!”
Firaz tersenyum lemah
“Karna kamu uda ngasih aq benda yang sangat bagus, nih buat kamu” Kunang menyodorkan cangkang keong laut besar nan indah yang Firaz tahu sangat berharga bagi Kunang karena diberi oleh ayahnya.
“Nggak mungkin,,, ini kan sangat berharga buat kamu”
“tapi aku ingin kamu yang nyimpen, benda berharga ku lebih tepat disimpan oleh orang yang tepat, nah… kalau kamu kesepian, coba deh dekatkan cangkang itu ke telingamu jika kamu beruntung, kamu bisa mendengar suara laut”
“Aku tahu, terima kasih ya Kunang” Firaz berkata sungguh-sungguh, rasanya saat itu dia benar-benar hidup. Kunang bagai sumber cahaya bagi dirinya yang tidak pernah padam. Ia bertekad akan cepat-cepat mengalahkan penyakitnya dan selamanya bersama sahabatnya.
“Oya burung biru, hmmm… “ Kunang memperhatikan wajah Firaz seperti sedang menilainya.
“Apa?? Eh… emang kenapa sama…” Firaz tak mampu berkata saat Kunang tiba-tiba mencium pipi kanannya, rasanya ada desir halus di relung hati Firaz, ada sesuatu yang hangat melingkupi dirinya, ada suatu perasaan aneh dan asing yang belum pernah dirasakannya.
“Aku liat di tv, waktu si cowok ngelamar ceweknya di rumah sakit dia nyium pipi cewek itu, cowok itu jago masak, dia bilang ke cewek itu kalo mau jadi istrinya, tiap hari dia bakal masakin yang enak-enak”
“Lalu?”
“Mau engga suatu saat kalo kita udah gede, kamu nikah sama aku dan masakkin aku yang enak-enak tiap hari?”
Seorang anak cewek melamar? Firaz memang sudah biasa melihat tingkah aneh Kunang, tapi ini yang paling aneh. Nikah berarti setelah dewasa dia bisa terus bersama-sama Kunang dan itu yang memang diinginkan Firaz, maka tanpa ragu cowok itu menganguk.
“Ayo kita berjanji” lalu mereka berdua pun saling mengkaitkan kelingking.
“Wah, udah jam segini, aku pasti dicariin kalo pulang telat, besok aku bakal kesini lagi”
“Kunang” Firaz memegang tangan Kunang yang hendak beranjak “Maafin aku gak dateng ke pantai, sebenarnya aku ingin sekali”
“Gak papa, tapi lain kali kita harus buat istana pasir lagi ya! Janji loh! Bulan depan kan ulang tahun aku, kita udah janji tiap ulang tahun aku kita bakal maen di pantai seharian!” Kunang tersenyum manis, senyum yang sangat disukai Firaz, tapi kali ini rasanya ia tidak bisa membalas senyum anak perempuan itu.
“Kunang!” seseorang memanggilnya sambil berbisik, ternyata teman bulenya yang datang, anak bule itu menatap Kunang dan Firaz bergantian, hampir saja rasanya jantung gadis itu copot saking kagetnya “His parents coming! And a doctor too”
Kunang menatap Firaz yang terlihat kecewa sambil mengacak-acak rambut Firaz.
”ya udah aku harus pergi, take care, jangan nangis, besok aku datang lagi!”
“Tidak ada dalam sejarah kalau Firaz menangis” ucap Firaz dengan suara parau sambil menatap punggung Kunang yang menghilang menjauhinya, dan akhirnya lenyap, ia pun mengalihkan pandangannya pada sebuah brosur rumah sakit di Singapura yang tadi ia sembunyikan. “Kunang, maaf, aku belum bisa memenuhi janji tapi suatu saat, aku sendiri yang akan menemukanmu”
Sementara itu Kunang terdiam sebentar di depan pintu kamar Firaz, kenapa ya kakinya berat untuk melangkah? Rasanya ada yang salah. Seketika itu tangannya refleks memegang erat liontin burung biru yang dikenakannya.
Tidak apa apa… tidak apa apa… Burung biru akan baik baik saja…
Apa karena memang benar liontin itu seperti yang dikatakan Firaz atau bukan, rasanya hati gadis kecil itu sedikit tenang, ia pun tidak menolak saat Edward menarik tanganya untuk keluar dari rumah sakit itu.
Besoknya Kunang tidak dapat menemukan Firaz di rumah sakit, karena temannya itu telah pindah. Edward juga telah kembali ke negara asalnya membuat gadis itu merasa sangat sedih. Tapi ia yakin, suatu saat pasti akan bertemu lagi dengan teman-temannya itu. Lagipula Firaz sudah berjanji, dia pasti menepati janjinya.